Perempuan dan Maps ; banyak gagalnya juga banyak serunya.
Satu tahun lalu, semenjak saya diterima di kampus hijau orang-orang yang dalam bingkai itu adalah keluarga pertama yang saya temui di sini. Di kota yang sedang saya tempati, kami bersama-sama menetap di asrama kampus selama satu tahun, memori yang ada di sana masih jelas untuk bisa diceritakan kembali. Awalnya saya ragu untuk menerima ajakan mereka, setelah kegiatan panjang dari pagi sampai sore rasanya hanya ingin merebahkan tubuh saja. Tetapi, apa salahnya ikut sebentar kata mereka mumpung besok libur dan Senin sudah ujian.
Sejauh 5 km kami melaju ke destinasi yang pertama, rencananya kami akan jalan sore hari, niat hati mencari senja tetapi, kami baru jalan setelah waktu isya. Saya dibonceng dengan salah satu kawan, yang kebetulan satu jurusan juga. Obrolannya tidak jauh-jauh soal 'gimana kuliahnya?' atau hal-hal random yang kita lihat di jalan untuk ditanyakan atau sekedar melucu. Sejauh mengikuti lampu-lampu yang ada di jalan selalu saya tanyakan 'ini dimana' atau 'masih lama?' padahal saya hanya dibonceng haha, tapi pertanyaannya ngga sadar diri, maaf yaa.
Luas sekali memang kota yang saya tempati ini, banyak jalan persimpangan sampai kami bingung menerjemahkan intruksi dari navigator kami, google maps. Sesekali gagal untuk salah jalan kemudian kami putar balik, atau sekedar turun menanyakan ke orang 'kalau kesini, ke kanan atau ke kiri ya pak?'. Cukup seru, sampai akhirnya kami tiba di destinasi yang pertama.
"loh sepi?" tanya kawanku
"apa sudah tutup?" jawabku dengan pertanyaan
"kalau di maps, harusnya masih buka" jelas memberi pernyatan.
Tak lama, saya dan kawan-kawan menunggu hampir 5 menit sesekali mencari referensi tempat yang lain untuk kami tuju. Seseorang datang sambil mengucap 'permisi, tempatnya sudah tutup kak' setelah lama berbincang. Tempatnya memang tutup lebih awal, musim hujan katanya. Akhirnya segera kami cari tempat lain, yang sekiranya tidak jauh tetapi masih 'oke' untuk bisa melihat city light di kota ini.
"ini dapet, hanya 11 menit dari sini, mau?" tanya kawanku
"gass"
Banyak ketawa dan beberapa kata 'maaf' keluar hanya karena destinasinya tutup, tetapi masih ada kesempatan yang lain untuk di tuju. Lama-lama navigator mengarahkan kami ketempat tujuan 'ayo semangat, dua menit lagi' setelah di lihat, jalanannya semakin kecil dan anehnya tidak ada tanda-tanda kalau disana ada tempat makan.
"gimana, kok ngada?"
"udah bener kok, titik lokasinya disini"
Sedikit maju kedepan, tepat di sebelah kiri ada plang yang sesuai dengan nama tempat yang kami tuju, tempatnya gelap bahkan sepi disekitarnya. Serentak kami berhadapan kemudian tertawa sambil sedikit berteriak 'tutupppp'. Setelah dua tempat yang kami tuju ini tutup, kayaknya memang sudah lama tidak operasional, sudah hampir pasrah tidak ada navigator lagi yang kami sematkan.
"terus mau kemana?" tanyaku
"kita ketempat yang masih buka aja deh, deket kota ngapapa ya?"
"ayo, sudah lapar"
Navigator kami bukan lagi google maps, tetapi dari mata kami yang melihat sebelah kanan dan kiri mana-mana yang masih buka. Kemudian salah satu kawan saya teringat dengan tempat makan ini, yasudah akhirnya kami bergegas kesana, tidak jauh hampir 3 menit kami sudah sampai. Jelas sekali, lampunya masih menyala, ada beberapa orang yang sedang makan. Tetapi kenapa tulisannya 'close' sudah menata motor di tempat parkir, kemudian salah satu hampir pasrah.
"putar balik lagi, ya?"
"sebentar, aku tanya dulu"
Ada tukang parkir, sengaja saya mendekat untuk menanyakan 'masih buka pak?' jawaban bapaknya hanya mengangguk, kemudian kami tertawa bukan untuk mengucapkan tutup lagi tetapi, akhirnya buka. Jangan di ganggu, sudah pasti kami asyik makan dan beberapa celah obrolan mengalir. Sedang menikmati, dan obrolan kami semakin renyah tetapi, beberapa kursi sudah mulai di angkat kemudian di letakan di meja dan beberapa meja dibersihkan. Baru, kami saling menatap untuk bersiap-siap berpindah, eh maksudnya pulang. Iyaa, kami pulang tetapi sebentar mampir untuk melewati jalan baru katanya di sana benar-benar bisa melihat city light.
Oke dapat, kami kemudian duduk dan berlabuh sebentar di sana. Beberapa kena potret, untuk di kenang dan dijadikan cerita seperti ini. Sampai rencana yang kami lalui ini yang 'tiba-tiba' pengin lihat city light tercapai. Walaupun kalau diingat, rencana kami untuk bisa keluar jalan adalah bulan September [tahun lalu] dan ternyata baru tersampaikan sekarang. Tidak ada kesimpulan yang terlalu berat pada cerita saya hari ini, tetapi barangkali bertemu dan sekedar mengingat memori perlu untuk diusahakan bahkan semoga selalu diupayakan. Tidak apa jika perempuan yang kata orang tidak bisa membaca navigator pada maps adalah sebuah keajaiban dunia hehe tetapi, bertemu kawan-kawan di bumi ini, senang sekali. Semoga senantiasa sehat dan kuat dengan apa-apa yang sedang disemogakan. Terimaksih yaa kawan-kawan sudah ajak saya jalan-jalan, hehe. Walaupun semakin panjang hari yang saya temui, ternyata yang dibutuhkan adalah jaket dan air putih.
Pada edisi januari bercerita ini, semoga bisa terus tumbuh di hari-hari yang lain juga. Sampai bertemu pada pragraf yang lain teruntuk tokoh dan tempat-tempat seru bahkan pada 'point of view' yang lain. Terimakasih sudah membaca sampai akhir pada tulisan saya yang masih terbata-bata ini. Kalau ketemu yang buruk ditinggal aja ya, kalau dapat yang baik. Semoga jangan di buang. ~
______________________🫧🪶________________________________
Senja atau city light?, 4 Januari 2025
Komentar