si Paling Mahir
"nyesel kamu pulang? pergi sekarang.
Cari tempat dimana kamu bisa diterima.." seru ibunya dengan nada tinggi
Blakk!!. Suara pintu tertutup paksa
Pada kota yang saya tempati sekarang, sedang hujan. Tidak terlalu deras juga tidak terlalu kecil tatapi, awet sekali hujannya. Sembari itu, sengaja saya buka laptop diawali melihat beranda youtube salah satu penyanyi bernama Raisa muncul pada bagian teratas, padahal sebelumnya tidak pernah masuk ke dalam playlist yang biasa saya putar. Si Paling Mahir, itu judul lagunya. Barangkali sembari membaca ini sambil memutar lagu itu, bisa sekali.
Usaha ku buatmu nyaman
Jadi tempat berlabuh yang aman
Tiap kecewa yang kurasakan
Hanya bisa ku jadikan pelajaran
Ternyata, saya kewalahan untuk kembali menceritakan kira-kira lagu itu punya makna apa tetapi, pesan yang disampaikan sampai walaupun mungkin akan berbeda persepsi setiap masing-masing orang,ya. Gimana, kamu sudah dengar lagunya atau bahkan mau coba lihat vidio klipnya ?. Seseorang yang sedang mengusahakan 'nyaman' itu bernama Mahir, pada usia senja bersama orang tua memang rasanya hanya ingin selalu mengusahakan 'senang' atau bahkan seringan menanyakan 'ingin apa pa,bu?'. Walaupun, pernyataan itu butuh usaha, beberapa jalan bahkan do'a - do'a yang panjang.
Akan ada keputusan atau bahkan pendapat yang tidak satu garis dengan orang lain bahkan orang tua sendiri, seakan just only you and god . Tetapi, seperti inilah ritmenya tidak semua harus 'bimsalabim' sesuai dengan apa yang kita inginkan atau bahkan semua sempurna sesuai dengan rencana yang kita buat. Kalau seperti itu, manusia akan jadi sombong atau bahkan lupa caranya berdo'a.
Jangan sampai terucap lelah
Walau kadang ingin menyerah
Barangkali kamu adalah 'Mahir' dengan versi kamu sendiri, keadaan yang sedang dialami, atau harapan-harapan yang lain yang sedang diupayakan. Sesederhana 'mereda' untuk tidak berisik pada keputusan membuat jarak bersama orang tua hanya karena sedang belajar, nun jauh dimana. Seperti sekarang, cepat sekali rasanya sudah sepekan saja berpuasa. Tidak dibangunkan ibu, atau bahkan menentukan menu buka dan sahur seperti apa. Dari masak sampai makan, masih sendiri juga? tidak ada tontonan 'sahur bersama' itu ya. Perasan-perasan itu yang terkadang sudah melebur pada 'sebab-akibat' dari setiap keputusan yang diambil di awal perjalanan. Iyaa, begini adanya.
Atau dengan contoh yang lain, yang sudah bekerja. Merelakan waktu senang disaat mudanya untuk membantu orang tua. Yang terkadang sesekali sadar karen waktu membawa sejauh ini, dari senin sampai ketemu senin lagi, aktivitasnya sama. Padahal yang dicari 'senang' dan 'nyaman' itu ya. Sederhana, tapi memang butuh sabarnya banyak.
Kalau bukan aku, siapa yang bisa
Membuat yang sulit, terlihat mudah
Kalau bukan aku, siapa yang mau
Membuat yang berat, terlihat yang ringan dengan indah
Aku si paling mahir
Terimakasih ya teman-teman, sudah bertahan pada badai dengan porsi kalian masing-masing. Tetap usaha ya walaupun hasilnya diluar prediksi, terkadang tuhan hanya rindu untuk kita lebih 'memahami' ada pesan apa? atau bahkan kejutan yang lain, ya. Ayo berkemas, merapihkan baju dan barang-barang sebentar lagi liburan datang. Semoga masih tetap ada tempat yang menerima lelah dan senangnya kita. Menerima cerewet dan diamnya kita tanpa 'alasan'. Langkah kaki yang sedang melangkah itu, semoga senantiasa kokoh dengan prasangka yang baik dan sabar yang banyak. Walaupun pada bagian lirik di lagu itu bilang
Apalah gunanya tangisan
Bila tak ada yang jadi ringan
Tetapi sesekali perlu, dan tidak apa. Kamu hebat, Mahir.
Pada edisi Maret bercerita ini, semoga bisa terus tumbuh di hari-hari yang lain juga. Sampai bertemu pada paragraf yang lain teruntuk tokoh dan tempat-tempat seru bahkan pada 'point of view' yang lain. Terimakasih sudah membaca sampai akhir pada tulisan saya yang masih terbata-bata ini. Kalau ketemu yang buruk ditinggal aja ya, kalau dapat yang baik. Semoga jangan di buang. ~
__________________________
'Adakah bahagia?'
Komentar